Kamis, 25 Maret 2010

Pendugaan Daerah Rawan Banjir Kabupaten Bandung Dengan Menggunakan Metode Topographic Wetness Index (TWI)

Berbagai kajian yang telah dilakukan banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan pada dasarnya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang yang berdampak pada perubahan alam. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan laut, badai, dan sebagainya. Ketiga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada cathment area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.

Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah pemukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian air akan menjadi aliran air permukaan (run off) yang masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.\

Untuk itu diperlukan suatu pendugaan/estimasi rawan banjir, sehingga bencana banjir bisa ditanggulangi sedini mungkin. Estimasi daerah rawas banjir diperlukan dalam rangka memberikan “early warning system” bagi masyarakat mengenai lokasi-lokasi yang dianggap beresiko tinggi terhadap banjir dan lokasi-lokasi yang aman terhadap banjir. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu parameter biofisik, diluar parameter sosial ekonomi. Sehingga hasil rekomendasi yang keluar dari penelitian ini berupa arahan-arahan biofisik yang menyangkut pola pengelolaan lahan yang berbasis pada konservasi tanah dan air.

Bahan yang dibutuhkan adalah peta rupa bumi indonesia mencakup wilayah Kabupaten Bandung, dimana terdapat layer kontur sebagai bahan pembuatan peta kemiringan lereng dan pembuatan peta DEM (Digital Elevation Model)

Topographic Wetness indeks (TWI) adalah indeks kebasahan yang dapat digunakan sebagai indikator dari suatu kawasan yang mempunyai potensi banjir. Indeks ini diturunkan dari peubah-peubah permukaan. Topographic Wetness Indeks (TWI) dihitung dengan persamaan berikut:

TWI = ln(As / tanB)

dimana :

As = flow accumulation

B = Kemiringan lahan

Topographic Wetness index (index kebasahan) yang telah dibuat diklasifikasi menjadi tingkat kerawanan banjir. Klasifikasi yang dilakukan menjadi 5 kelas dengan, yaitu kelas sangat rawan, rawan, agak rawan, potensial rawan dan tidak rawan.

Tabel 1. Tingkat Kerawanan Banjir

Tingkat Kerawanan

Nilai Indeks Kebasahan

Tidak Rawan

5.01 – 7.37

Potensial Rawan

7.37 - 9.73

Agak Rawan

9.73 - 12.091

Rawan

12.091 - 14.451

Sangat Rawan

14.451 - 16.812

Pada dasarnya semakin tinggi nilai wetness index maka semakin tinggi pula tingkat kerawanan banjir suatu daerah. Untuk mengetahui keakuratan peta dilakukan cross check dengan data historis banjir di tiap-tiap daerah. Langkah - langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada flow chart metodologi

Gambar 1 Diagram Alur Proses TWI

3 komentar:

  1. tulisan nya bagus mas, klo ada minta tutorialnya...

    BalasHapus
  2. saya maho mas dan saya bangga

    BalasHapus
  3. Excuse me, First i would like to say that this is the good writen article, and furthermore,would you like to give information about TWI sir?, since it's good information that i've been looking for, please email me if you would, thank's in advance.

    BalasHapus